TUGAS 2
MENAJEMEN
KELAS DI SD
MENAJEMEN
PEMBELAJARAN

Oleh :
Reni
Amrita
1620197
DOSEN PEMBIMBING:
Yessi
Rifmasari, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
ADZKIA PADANG
2019
MENAJEMEN
PEMBELAJARAN
A. Konsep
Menajemen Pembelajaran
Manajemen, menurut bahasa, berasal dari bahasa Inggris, management
berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola.
Menurut M. Manullang, dia menuliskan bahwa istilah
manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu pertama, manajemen sebagai
kolektivitas orang-orang yang memiliki aktivitas manajemen dan ketiga,
manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu senada dengan apa
yang dikatakan oleh Luther Gullick dalam Nanang Fattah.
Menutut Thoifuri dalam bukunya:”menjadi guru inisiator”
bahwa, manajemen kelas adalah tindakan proaktif dengan menciptakan lingkungan
kelas adalah tindakan interaktif antara guru dengan siswa, dan atau siswa
dengan siswa sebagai perwujudan manajemen pendidikan nasional dan manajemen
sekolah.
B. Tujuan
Menajemen Pembelajaran
Tujuan manajemen
kelas secara umum adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dam kelas.
Dengan adanya fasilitas yang tersedia itu akan memungkinkan siswa :
a. Belajar
dan bekerja
b. Terciptanya
suasana disiplin
c.
Perkembangan intelektual, emosional, dan
sikap serta apresiasi pada siswa
Allan C.
Orriesstein, Daniel V. Levinne, mengatakan dalam bukunya An Introduction
to the Foundations of Educations, tentang arti sebuah tujuan dikatakannya:
“Aims are important guides in educations, although they cannot be directly or
evaluated; they are statements that cannot a desired and valued competency, a
theme or concern that applied to education in general”.
Artinya: “Tujuan
adalah petunjuk yang penting dalam pendidikan walaupun mereka secara langsung
tidak dapat diamati dan dievaluasi; mereka membuat pernyataan yang mengandung
keinginan dan kompetensi, tema atau soal tersebut merupakan pemahaman penerapan
di dalam pendidikan secara umum”.
Mengenai tujuan
manajemen, sebenarnya sangat sulit untuk menentukan penjelasan yang pasti
terhadap satu permasalahan tujuan. Oleh karena, hal itu disebabkan banyaknya
tujuan yang dikemukakan oleh masing-masing manajemen/organisasi, serta semakin
meluasnya makna yang terkandung di dalamnya, kendatipun demikian penyusun
mencoba mengemukakan beberapa pendapat tentang tujuan manajemen. Menurut Shrode
dan Voich tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan.
Jika dipahami
maksud dari pengertian di atas, bahwa tujuan manajemen itu tidak bersifat
tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti dalam peningkatan mutu
pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, dan pemenuhan kesempatan
kerja, serta pembangunan daerah/nasional maupun tanggung jawab sosial.
C. Kebijakan
Tentang Menajemen Pembelajaran
Untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang kuat, perlu pembenahan strategi pendidikan
dengan melakukan upaya pembaharuan menajemen pembelajaran melalui belajar dan
mengajar yang baik dan bermutu. Secara umum, menajemen belajar mengajar atau
yang sering disebut menajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai modal
menajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung unsur
sekolah ( guru, siswa, staf administrasi dan masyarakat) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan sekolah berdasar pendidikan
nasional.
Menajemen pembelajaran
mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Proses itu
dimuli dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian.
perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana
mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya.
D. Peran
Guru Dalam Menajemen Kelas
Salah satu tugas guru sebagai
pendidik di sekolah adalah sebagai menajer. Seorang guru harus mampu memimpin
kelasnya agar tercipta pembelajaran yang optimal. Fasilitas dan kondisi kelas
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut
Padmono (2011, 23) fasilitas kelas (instrumental in put) berkaitan erat dengan
terciptanya lingkungan belajar (environmental in put) kondusif sehingga murid
dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong
jika diorganisir secara baik. Di sinilah peran guru SD dapat terlihat, adapun
peran guru dalam memenej kelas agar tercipta pembelajaran yang
efektif sebagai berikut:
1.
Peran guru dalam pengorganisasian kelas
Organisasi
kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi belajar yang kondusif.
Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal, artinya organisasi
kelas tergantung guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar ruangan,
penerangan, suhu, dan sebagainya. Kita ketahui pada saat ini penataan kelas
secara tradisional yang menempatkan satu meja guru berhadapan dengan meja kursi
siswa. Kelas yang ditata secara tradisional tersebut menempatkan guru sebagai
pusat kegiatan dan sentra perhatian murid tampak sebagai objek pengajaran bukan
sebagai subjek yang belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar dilakukan guru
sedang murid hanya pasif menerima.
a.
Kelas terbuka
Kelas
dapat terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat kelas berbeda. Pelaksanaan
model ini dapat dilaksanakan di Indonesia, jika jadwal pelajaran kelas 1 sampai
kelas 6 sama atau diterapkan di kelas tinggi saja. Misalnya: pada waktu jam
pelajaran Bahasa Indonesia, maka seluruh guru mengajar pelajaran tersebut,
sedang siswa masuk ke kelas di mana siswa menguasai tingkatan yang dicapai.
Dengan demikian ada siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masuk kelas III,
tetapi pada waktu Matematika masuk kelas IV, dan mungkin pada pelajaran IPS ke
kelas V. Konsep ini mengikuti perkembangan masing-masing individu.
b.
Kelas dua tingkat
Konsep
ini dilaksanakan dengan cara seorang guru menghadapi kelompok siswa yang
berbeda kelas tetapi berdekatan, misalnya: kelas I dan II, II dan III, III dan
IV, dan seterusnya.
c.
Kelas awal
Pembelajaran
dengan pendekatan integral atau terpadu dengan kehidupan anak pada tahap
pelaksanaannya menerpadukan berbagai konsep, topic, bahan pelajaran dengan
mengurangi sedikit mungkin pemisahan-pemisahan secara artificial, bila
dimungkinkan guru tidak melabel bahan kajian dalam mata pelajaran-mata
pelajaran. Pembelajaran dikemas menjadi satumodel pembelajaran yang utuh
sehingga pemaknaan terhadap bahan kajian menjadi alami. Hal ini terjadi karena anak
belajar secara keseluruhan dalam hubungan dengan kehidupan akan lebih mudah
dibanding belajar dengan pemisahan-pemisahan secara artifisial yang tak
bermakna.
2.
Peran guru dalam pengaturan tempat duduk
Penataan
kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas ditata fleksibel yang
mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan guru. Penataan tempat
duduk dapat berbentuk :
1)
Seating chart
Penempatan
murid dalam kelas dibuat suatu denah yang pada satu periode waktu tertentu
dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang sedang dikembangkan oleh guru,
sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid tidak terganggu. Penataan tempat
duduk yang didesain dalam chart dapat digambar sendiri oleh murid atau
sekelompok murid secara bergilir, sehingga keterbatasan penataan tempat duduk
secara tradisional ini dapat diminimalkan pengaruh buruknya. Penataan dan
gambar desain dilaksanakan secara bergilir, sehingga setiap kelompok mempu
menuangkan idenya dan mengembangkan iklim demokrasi di kelasnya, sehingga sikap
menghargai pendapat orang lain dengan menghilangkan pandangan mereka sendiri.
2)
Melingkar
Model
duduk seperti ini dapat digunakan guru dalam pembelajaran diskusi kelompok,
sehingga ada modifikasi untuk menghilangkan kejenuhan siswa.
3)
Tapal kuda
Model
ini sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau ketua
diskusi yang dipilih siswa. Diskusi kelas akan meningkatkan keberanian
dibanding keberanian yang hanya muncul pada kelompok kecil.
3. Peran
guru dalam pengaturan alat-alat pelajaran
Alat-alat pelajaran dapat klasifikasikan menjadi
beberapa kelompok, antara lain: Menurut kedudukannya; alat pelajaran dibedakan
atas permanen dan tidak permanen. Permanen jika alat pelajaran tersebut
diletakkan di kelas secara terus menerus, misalnya: listrik, papan tulis, dan
sebagainya. Alat pelajaran tidak permanen atau yang bergerak (movable) yaitu
alat pelajaran yang dapat dipindah, misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta,
dan sebagainya. Menurut fungsinya; a) alat untuk menulis; kapur, papan tulis,
pensil, dan lain-lain; b) alat-alat lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
4. Peran
guru dalam pemeliharaan keindahan ruangan kelas
Motto yang menyatakan “bersih adalah sehat dan rapi
adalah indah” merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Setiap manusia
memiliki cita rasa keindahan walaupun derajat keindahannya berbeda. Keindahan akan
memberikan rasa nyaman dan membuat anak betah tinggal di tempat tersebut. Kelas
yang diharapkan mengundang anak untuk betah berada di dalamnya hendaknya dijaga
kebersihan dan keindahannya. Guru memiliki peran untuk mengorganisir siswanya
agar dapat mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah. Keindahan dapat dicapai
dengan beberapa cara, yaitu:
a) menata
ruangan menjadi rapi, misalnya; menata alat pelajaran sesuai kelompoknya,
menata buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku, penataan alat
pelajaran permanent yang sesuai dengan ruangan. Desain interior yang harmonis
akan merangsang anak untuk tenggelam dalam suasana akademik (Immersion). Anak
yang tenggelam dalam lautan ilmu pengetahuan akan mengalami pembelajaran secara
alamiah, nyata, langsung, dan bermakna,
b) penataan
meja guru, gambar-gambar merupakan factor pendukung tercapainya ruangan yang
rapid an indah.
5. Cahaya,
Ventilasi, Akustik dan Warna
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang
mendukung pembelajaran. Anak SD berada pada tahap perkembangan yang menentukan,
untuk itu menjaga kesehatan anak merupakan salah satu tugas managemen kelas
oleh guru (Suharsimi Arikunto, 1989: 77). Kelas harus cukup memiliki
ventilasi untuk pertukaran udara sehingga anak merasa sejuk dan nyaman tinggal
di kelas. Guru sering kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela tidak
dibuka serta kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak
kurang mampu memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab
terganggu oleh gema suara. Untuk itu disamping membuka jendela digunakan untuk
pertukaran udara, maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi gema.
Warna disamping memiliki arti juga membawa kesan terhadap orang yang melihat.
Dinding sekolah atau kelas berpengaruh terhadap siswa. Pemilihan warna sering
tidak melibatkan guru apalagi murid, sehingga kadang guru sendiri tidak betah
tinggal di kelasnya.
E. Kode
Etik Guru
1.
Guru
berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-pancasila
2.
Guru memiliki kejujuran profesional
dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3.
Guru mengadakan komunikasi terutama
dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindari diri dari
segala bentuk penyalahgunaan.
4.
Guru menciptakan suasana kehidupan
sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi
kepentingan anak didik.
5.
Guru memelihara hubungan baik dengan
masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan.
6.
Guru secara sendiri-sendiri dan atau
bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
7.
Guru menciptakan dan memelihara hubungan
antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan
keseluruhan.
8.
Guru secara bersama-sama memelihara,
membina dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana
pengabdiannya.
9.
Guru melaksanakan segala ketentuan yang
merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Allan C. Ornstein,
Daniel V. Levinne, An Introduction
to the Foundations of Educations, Edisi III (Boston: Hougthon Mifflin
Company, 1984), h. 446.
Melayu S.P
Hasbuan.2007. Manajemen Dasar,
Pengertian, dan Masalah. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Syafaruddin dan
Nasution. 2005. Menajemen Pembelajaran.
Jakarta : Quantum Teaching.
Yusuf, Musfirotun. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta
: Gama MediaYogyakarta.
wah ,bermanfaat sekali materinya, terimaksih ilmunya kak
BalasHapusIya terimakasih, semoga bermanfaat.
HapusMaterinya sangat bagus dan menarik
BalasHapusTerimakasi, kx
HapusMaterinya sangat bermamfaat kak
BalasHapusAlhamdulilah
HapusMaterinya dapat dijadikan rujukan,
BalasHapusBgus kakak
Makasih ya pujiannya dek
HapusMenurut saudari, coba jelaskan seberapa pentingnya peran guru dalam mengelola kelas? Dan apakah dalam setiap mengelola kelas siswa juya berperan? Mohon penjelasannya
BalasHapusMenurut saya peran guru dalam mengelola kelas sangat penting sekali, karena gurulah yang memotivasi dan memberi dorongan kepada siswa agar siswa aktif merespon dan lebih semangatlagi dalam proses belajar.
HapusDidalam kelas siswa tentu saja berperan, berpartisipasi, jika hanya diam saja, berarti siswa tidak memperoleh pelajaran dengan baik dan bingun dengan semua penjelasan gurunya.
Semoga jawabannya dapat membantu.
Alhamdulilah
BalasHapusBermanfaat sekali
BalasHapusMakasih kak
HapusArtikelnya sangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih kak
Hapus